widgeo.net

Sabtu, 04 Juni 2022

Jurnal Refleksi - Dwi Mingguan – Modul 1.1. Guru Penggerak CGP Angkatan 5

 

Jurnal Refleksi - Dwi Mingguan – Modul 1.1.

Nur Khopsun Wibowo - CGP Angkatan 5 - 105 A



            



 

Jurnal Refleksi – Dwi Mingguan

 

Salah satu bentuk dari kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 5 adalah mengisi jurnal refleksi dwi mingguan. Pada kegiatan refleksi yang harus dikerjakan adalah mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam pembelajaran. 

Salah satu  cara/metode yang saya gunakan dalam menuliskan refleksi adalah metode 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yang terdiri dari 4 tahap yaitu:

Facts (Peristiwa)

  • Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak ankatan 5 dimulai pada tanggal 18 Mei 2022 dengan dibuka secara langsung melalui virtual conference oleh Kementerian Pendidikan Nasioanl dan dilanjutkan dengan pembekalan yang dilaksanakan secara virtual conference oleh P4TK PKn dan IPS.
  • Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 dilanjutkan dengan lokakarya orientasi yang diselenggarakan pada hari Minggu 22 Mei 2022 bertempat di Parai Beach Teleng Ria. Pada kegiatan tersebut, diwalai dengan pembukaan lokakarya orientasi serta pemaparan program pendidikan guru penggerak. Selanjutnya peserta (Calon Guru Penggerak) di bagi kedalam beberapa kelompok yang masing-masing terdiri dari 12 peserta CGP yang didampingi oleh Kepala Sekolah dan di di pandu oleh Pengajar Praktik yaitu Ibu Retno Widowati dan Bapak Subroto. Banyak kegiatan positif yang dilakukan seperti membuat kesepakatan kelas, mempresentasikan harapan dan kekhawatiran selama mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak.
  • Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak kemudian dilanjutkan secara daring yang dilaksanakan mulai tanggal 23 Mei 2022 dengan materi modul 1.1 selama kurun waktu dua minggu.
  • Para peserta/CGP bersama Pengajar Praktik dan Fasilitator (Ibu Anijar Hapni Siregar) melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sangat kooperatif dan menyenangkan sehingga peserta tidak merasa bosan.
  • Kegiatan pembelajaran secara daring sebetulnya sudah dimulai sejak hari pertama pembukaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 pada tanggal 18 Mei 2022. Kegiatan pembelajaran melalui LMS diawali dengan pretest kemudian dilanjutkan dengan pemahaman mulai dari diri dan eksplorasi konsep; forum diskusi eksplorasi konsep; pemahaman terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui pembelajaran pada modul 1.1; ruang kolaborasi; demonstrasi kontekstual; elaborasi pemahaman/koneksi antar materi; dan aksi nyata.

Feelings (Perasaan)

  • Pengalaman baru didapatkan setelah mengikuti rangkaian kegiatan Pendidikan Guru Penggerak pada tahap awal (selama dua minggu). Saya merasa bahwa pengetahuan dan pengalaman saya selama ini tentang pendidikan masih belum sesuai dengan tujuan dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.
  • Hal yang mendasar terkait  pendidikan adalah harus memanusiakan manusia, pembelajaran berorientasi pada peserta didik, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman sehingga tercapai keselamatan dan kebahagian.
  • Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring menggunakan LMS pada awalnya merasa sedikit kesulitan karena belum terbiasa dengan susunan menu. Setelah berlangsung 3 hari sejak pembukaan kegiatan PGP, mulai familier  dengan LMS dan  merasa senang karena Pengajar Praktik dan Fasilitator yang ramah dan penuh semangat selalu mengingatkan serta menuntun kami agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.

Findings (Pembelajaran)

  • Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring melalui LMS dan tatap muka secara virtual di luar jam kerja membuat kami bisa lebih fleksibel dalam membagi antara tugas rutin kedinasan dengan kegiatan pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak.
  • Pada program PGP ini, terutama pada modul 1.1 kami belajar banyak hal mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara, melaksanakan refleksi hal yang sudah kita lakukan dan evaluasi apa yang harus kita benahi/perbaiki maupun yang harus kita sempurnakan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata di kelas maupun sekolah mulai sekarang dan kedepan.

  Future (Penerapan)

  • Pengalaman baru didapatkan dari kegiatan Pendidikan Guru Penggerak ini. Belajar dan terus belajar, mengasah pengetahuan dan keterampilan wajib dilakukan oleh guru. Tidak hanya murid yang harus mampu menyesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman, guru pun juga harus menyesuaiakan. Kuncinya seperti filosofi mengayun sepeda. Harus terus mengulir, bergerak untuk belajar agar keseimbangan terjaga dan bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Semangat dari filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dipelajari dari modul 1.1 ini harus diterapkan dengan seutuhnya. Penerapkan merdeka belajar di lingkungan sekolah dengan berkolaborasi bersama rekan sejawat dan mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin mendukung terwujudnya peserta didik dengan Profil Pelajar Pancasila.

 

Senin, 18 Juni 2012

KELAS KEMAMPUAN LAHAN TELUK PACITAN


KELAS KEMAMPUAN LAHAN WILAYAH KEPESISIRAN
TELUK PACITAN

a.      Penilaian dan Analisis Peta Jenis Tanah
Setiap jenis tanah mempunyai potensi/tingkat kemampuan yang berbeda untuk diusahakan. Penilaian dan analisis peta jenis tanah dimaksudkan untuk mendeteksi/menentukan jenis-jenis tanah yang tersebar di daerah penelitian kemudian diharkat menurut kelas kemampuannnya. Peta jenis tanah dibuat dengan mendeliniasi satuan-satuan jenis tanah dari peta satuan lahan Kabupaten Pacitan skala 1:50.000.
Peta jenis tanah wilayah kepesisiran Teluk Pacitan dibuat dengan skala 1:28.000, dari peta tersebut dapat diketahui sebaran jenis tanahnya. Hasil dari analisis peta jenis tanah ini digunakan sebagai data fisik penentu kemampuan lahan. Data mengenai luas, klasifikasi, dan pengharkatan jenis tanah dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas, Klasifikasi, dan Pengharkatan Jenis Tanah
No.
Keterangan

Kelas
Harkat
Luas
(hektar)
% dari Luas Keseluruhan
1.
Aluvial
Baik
4
519,631
23,90
2.
Koluvial
Baik
4
111,039
5,11
3.
Latosol
Jelek
2
249,935
11,50
4.
Renzina
Jelek
2
232,975
10,72
5.
Mediteran
Sedang
3
201,715
9,28
6.
Regosol Kwarsik
Baik
4
41,774
1,92
7.
Laut
-
-
817,174
37,58




2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007


1)      Aluvial
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi paling baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Jenis tanah aluvial mempunyai luas 519,631 ha atau 23,90% dari seluruh luas daerah penelitian.
2)      Koluvial
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi paling baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Jenis tanah koluvial mempunyai luas 111,039 ha atau 5,11% dari seluruh luas daerah penelitian.
3)      Latosol
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat dua. Jenis tanah latosol mempunyai luas 249,935 ha atau 11,50% dari seluruh luas daerah penelitian.
4)      Renzina
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat dua. Jenis tanah renzina mempunyai luas 232,975 ha atau 10,72% dari seluruh luas daerah penelitian.
5)      Mediteran
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi sedang untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat tiga. Jenis tanah mediteran mempunyai luas 201,715 ha atau 9,28% dari seluruh luas daerah penelitian.
6)      Regosol Kwarsik
Merupakan satuan jenis tanah yang mempunyai potensi paling baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Jenis tanah regosol kwarsik mempunyai luas 41,774 ha atau 1,92% dari seluruh luas daerah penelitian.
7)      Laut
Menempati wilayah seluas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini tidak diberi harkat, dan secara otomatis termasuk lahan dengan kelas kemampuan sangat rendah. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan pembatas tersebut bersifat permanen.
Peta Jenis Tanah Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.

b.      Penilaian dan Analisis Peta Kemiringan Lereng
Kecuraman lereng dapat mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Asumsi secara teknis, pembangunan fasilitas fisik obyek wisata akan lebih mudah dibuat di daerah yang relatif datar. Penilaian dan analisis peta kemiringan lereng dimaksudkan untuk mendeteksi/menentukan tingkat kelerengan lahan daerah penelitian kemudian diharkat menurut kelas kemampuannnya. Peta kelerengan dibuat dengan mendeliniasi satuan-satuan kelerengan lahan dari peta satuan lahan Kabupaten Pacitan skala 1:50.000.
Peta kelerengan wilayah penelitian dibuat dengan skala 1:28.000. Hasil dari analisis peta kelerengan digunakan sebagai data fisik penentu kemampuan lahan. Data mengenai luas, klasifikasi, dan pengharkatan kelerengan lahan dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas, Klasifikasi, dan Pengharkatan Kelerengan Lahan
No.
Keterangan
Kelas Kelerengan
Tingkat
Kelerengan
Harkat
Luas
(hektar)
% dari Luas Keseluruhan
1.
Datar-Landai
0-15%
4
672,444
30,93
2.
Sedang-Berbukit
16-30%
3
660,571
30,38
3.
Sangat Curam
>65%
1
24,054
1,11
4.
Laut
-
-
817,174
37,58




2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007
1)       Lereng datar – landai
Merupakan lahan dengan tingkat kelerengan 0 – 15%. Lahan jenis ini mempunyai potensi paling baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Lahan tipe ini mempunyai luas 672,444 ha atau 30,93% dari seluruh luas daerah penelitian.
2)       Lereng sedang – berbukit
Merupakan lahan dengan tingkat kelerengan 16 – 30%. Lahan jenis ini mempunyai potensi sedang untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat tiga. Lahan tipe ini mempunyai luas 660,571 ha atau 30,38% dari seluruh luas daerah penelitian.
3)       Lereng sangat curam
Merupakan lahan dengan tingkat kelerengan > 65%. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat satu. Lahan tipe ini mempunyai luas 24,054 ha atau 1,11% dari seluruh luas daerah penelitian.
4)       Laut
Menempati wilayah seluas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini tidak diberi harkat, dan secara otomatis termasuk lahan dengan kelas kemampuan sangat rendah. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan bersifat permanen.
Peta Kelerengan Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.



c.       Penilaian dan Analisis Peta Kedalaman Efektif Tanah
Tingkat kedalaman efektif tanah secara teknis mempengaruhi kwalitas bangunan fisik obyek wisata. Semakin tebal lapisan tanah maka semakin baik untuk pembuatan pondasi bangunan. Penilaian dan analisis peta kedalaman efektif tanah dimaksudkan untuk mendeteksi/menentukan tingkat ketebalan tanah daerah penelitian kemudian diharkat menurut kelas kemampuannnya. Peta kedalaman efektif tanah dibuat dengan mendeliniasi satuan-satuan kedalaman efektif tanah dari peta satuan lahan Kabupaten Pacitan skala 1:50.000.
Peta kedalaman efektif tanah daerah penelitian dibuat dengan skala 1:28.000. Hasil dari analisis peta kedalaman efektif tanah digunakan sebagai data fisik penentu kemampuan lahan. Data mengenai luas, klasifikasi, dan pengharkatan kedalaman efektif tanah dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas, Klasifikasi, dan Pengharkatan Kedalaman Efektif    Tanah

No.
 Kelas Kedalaman Efektif Tanah
Tingkat
Kedalaman
Harkat
Luas
(hektar)
% dari Luas Keseluruhan
1.
Dalam
>90 cm
4
561,405
25,82
2.
Sedang
50-90 cm
3
111,039
5,11
3.
Dangkal
25-50 cm
2
451,650
20,77
4.
Sangat Dangkal
<25 cm
1
232,975
10,72
5.
Laut
-
-
817,174
37,58




2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007
1)       Kelas dalam
Merupakan lahan dengan tingkat kedalaman tanah >90 cm. Lahan jenis ini mempunyai potensi paling baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Lahan tipe ini mempunyai luas 561,405 ha atau 25,82% dari seluruh luas daerah penelitian.
2)       Kelas sedang
Merupakan lahan dengan tingkat kedalaman tanah antara 50 cm sampai 90 cm. Lahan jenis ini mempunyai potensi sedang untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat tiga. Lahan tipe ini mempunyai luas 111,039 ha atau 5,11% dari seluruh luas daerah penelitian.
3)       Kelas dangkal
Merupakan lahan dengan tingkat kedalaman tanah antara 25 cm sampai 50 cm. Lahan jenis ini mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat dua. Lahan tipe ini mempunyai luas 451,650 ha atau 20,77% dari seluruh luas daerah penelitian.
4)       Kelas sangat dangkal
Merupakan lahan dengan tingkat kedalaman tanah <25 cm. Lahan jenis ini mempunyai potensi paling jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat satu. Lahan tipe ini mempunyai luas 232,975 ha atau 10,72% dari seluruh luas daerah penelitian.
5)       Laut
Menempati wilayah seluas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini tidak diberi harkat, dan secara otomatis termasuk lahan dengan kelas kemampuan sangat rendah. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan pembatas tersebut bersifat permanen.
Peta Kedalaman Efektif Tanah Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.

d.      Penilaian dan Analisis Peta Bahaya Erosi
Lahan yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bahaya tanah longsor maka tidak baik untuk didirikan bangunan fisik diatasnya. Penilaian dan analisis peta kerawanan tanah longsor dimaksudkan untuk mendeteksi/menentukan tingkat kerawanan bahaya tanah longsor daerah penelitian kemudian diharkat menurut kelas kemampuannnya. Peta kerawanan tanah longsor dibuat dengan mendeliniasi satuan-satuan wilayah rawan tanah longsor dari peta wilayah rawan banjir dan longsor Kabupaten Pacitan skala 1:50.000.
Peta kerawanan tanah longsor daerah penelitian dibuat dengan skala 1:28.000. Hasil dari analisis peta kerawanan tanah longsor digunakan sebagai data fisik penentu kemampuan lahan. Data mengenai luas, klasifikasi, dan pengharkatan bahaya erosi dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas, Klasifikasi, dan Pengharkatan Bahaya Erosi

No.
 Kelas Kepekaan Erosi

Harkat
Luas
(hektar)
% dari Luas
 Keseluruhan
1.
Sangat Tinggi
1
24,054
1,11
2.
Tinggi
2
233,999
10,76
3.
Menengah
3
426,572
19,62
4.
Rendah
4
672,444
30,93
5.
Laut
-
817,174
37,58



2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007
1)   Tingkat kerawanan sangat tinggi
Merupakan lahan yang sangat rentan terhadap bahaya tanah longsor. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat satu. Lahan tipe ini mempunyai luas 24,054 ha atau 1,11% dari seluruh luas daerah penelitian.
2)   Tingkat kerawanan tinggi
Merupakan lahan yang rentan terhadap bahaya tanah longsor. Lahan jenis ini mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat dua. Lahan tipe ini mempunyai luas 233,999 ha atau 10,76% dari seluruh luas daerah penelitian.
3)   Tingkat kerawanan menengah
Merupakan lahan dengan tingkat kerawanan sedang terhadap bahaya tanah longsor. Lahan jenis ini mempunyai potensi cukup baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat tiga. Lahan tipe ini mempunyai luas 426,572 ha atau 19,62% dari seluruh luas daerah penelitian.
4)   Tingkat kerawanan rendah
Merupakan lahan yang paling aman dari bahaya tanah longsor. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Lahan tipe ini mempunyai luas 672,444 ha atau 30,93% dari seluruh luas daerah penelitian.
5)   Laut
Menempati wilayah seluas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini tidak diberi harkat, dan secara otomatis termasuk lahan dengan kelas kemampuan sangat rendah. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan pembatas tersebut bersifat permanen.
Peta Bahaya Erosi (Kerawanan Tanah Longsor) Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.

e.       Penilaian dan Analisis Peta Kerawanan Banjir
Lahan yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bahaya banjir maka tidak baik untuk didirikan bangunan fisik diatasnya. Penilaian dan analisis peta kerawanan banjir dimaksudkan untuk mendeteksi/menentukan tingkat kerawanan bahaya banjir daerah penelitian kemudian diharkat menurut kelas kemampuannnya. Peta kerawanan banjir dibuat dengan mendeliniasi satuan-satuan wilayah rawan banjir dari peta wilayah rawan banjir dan longsor Kabupaten Pacitan skala 1:50.000.
Peta kerawanan banjir daerah penelitian dibuat dengan skala 1:28.000. Hasil dari analisis peta kerawanan banjir digunakan sebagai data fisik penentu kemampuan lahan. Data mengenai luas, klasifikasi, dan pengharkatan kerawanan banjir dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas, Klasifikasi, dan Pengharkatan Kerawanan Banjir

No.
 Kelas Kerawanan Banjir

Harkat
Luas
(hektar)
% dari Luas Keseluruhan

1.
Tinggi
1
7,254
0,33
2.
Sedang
2
198,301
9,12
3.
Rendah
3
429,344
19,75
4.
Tidak Pernah
4
684,624
31,49
5.
Sungai
1
37,546
1,73
6.
Laut
-
817,174
37,58



2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007
1)       Tingkat kerawanan tinggi
Merupakan lahan yang sangat rentan terhadap bahaya banjir. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat satu. Lahan tipe ini mempunyai luas 7,254 ha atau 0,33% dari seluruh luas daerah penelitian.
2)       Tingkat kerawanan sedang
Merupakan lahan yang rentan terhadap bahaya banjir. Lahan jenis ini mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat dua. Lahan tipe ini mempunyai luas 198,301 ha atau 9,12% dari seluruh luas daerah penelitian.
3)       Tingkat kerawanan rendah
Merupakan lahan yang memiliki potensi bahaya banjir sangat kecil. Lahan jenis ini mempunyai potensi cukup baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat tiga. Lahan tipe ini mempunyai luas 429,344 ha atau 19,75% dari seluruh luas daerah penelitian.
4)       Daerah yang tidak pernah kebanjiran
Merupakan lahan yang dalam periode satu tahun, tanahnya tidak pernah mengalami kebanjiran selama lebih dari 24 jam. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata, sehingga diberi harkat empat. Lahan tipe ini mempunyai luas 684,624 ha atau 31,49% dari seluruh luas daerah penelitian.
5)        Sungai
Menempati wilayah seluas 37,546 ha atau 1,73% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini diberi harkat satu, karena termasuk lahan dengan tingkat kerawanan banjir yang tinggi.
6)       Laut
Menempati wilayah seluas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan bentuk lahan ini tidak diberi harkat, dan secara otomatis termasuk lahan dengan kelas kemampuan sangat rendah. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan pembatas tersebut bersifat permanen.
Peta Kerawanan Banjir Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.

1.      Deskripsi Kelas Kemampuan Lahan
Identifikasi kelas kemampuan lahan dilakukan berdasarkan input dari data-data penentu kelas kemampuan lahan. Data-data penentu kelas kemampuan lahan yang dimaksud adalah hasil penjumlahan dari pengharkatan variabel-variabel jenis tanah, kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, bahaya erosi (kerawanan tanah longsor), dan kerawanan banjir.  
Peta kelas kemampuan lahan daerah penelitian dibuat dengan skala 1:28.000. Pengklasifikasian kemampuan lahan dibagi menjadi empat kelas, yaitu kelas I (kemampuan tinggi), kelas II (kemampuan sedang), kelas III (kemampuan rendah), dan kelas IV (kemampuan sangat rendah). Data mengenai luas per kelas kemampuan lahan dapat dilihat pada tabel  berikut.
Tabel Luas per Kelas Kemampuan Lahan

No.
 Kelas

Kriteria
Luas
(hektar)
% dari Luas Keseluruhan

1.
I
Tinggi
672,451
30,93
2.
II
Sedang
659,508
30,33
3.
III
Rendah
25,110
1,15
4.
IV
Sangat Rendah
817,174
37,58



2174,243
100%
Sumber: Hasil Perhitungan dan Analisis Data Tahun 2007
a.       Kelas I
Merupakan lahan dengan kriteria kemampuan tinggi. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata. Lahan tipe ini mempunyai luas 672,45 ha atau 30,93% dari seluruh luas daerah penelitian.

b.      Kelas II
Merupakan lahan dengan kriteria kemampuan sedang. Lahan jenis ini mempunyai potensi cukup baik untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata. Lahan tipe ini mempunyai luas 659,508 ha atau 30,33% dari seluruh luas daerah penelitian.
c.       Kelas III
Merupakan lahan dengan kriteria kemampuan rendah. Lahan jenis ini mempunyai potensi jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata. Lahan tipe ini mempunyai luas 25,110 ha atau 1,15% dari seluruh luas daerah penelitian.
d.      Kelas IV
Merupakan lahan dengan kriteria kemampuan sangat rendah. Lahan jenis ini mempunyai potensi sangat jelek untuk pembangunan fasilitas fisik obyek wisata. Lahan tipe ini mempunyai luas 817,174 ha atau 37,58% dari seluruh luas daerah penelitian dan sebagian besar merupakan tubuh perairan laut. Hal ini dikarenakan tubuh perairan laut jika difungsikan untuk pendirian fasilitas fisik obyek wisata mempunyai pembatas yang sangat berat dan pembatas tersebut bersifat permanen.
Peta Kelas Kemampuan Lahan Wilayah Kepesisiran Teluk Pacitan.